Satubanten.com- Usia bukan merupakan ukuran untuk menjadi penghafal Qur’an, Aisyah Prakoso contohnya. Gadis cilik kelahiran Ngawi 7 tahun silam ini sudah memiliki hafalan 1 juz yakni juz 30.
Aisyah, panggilan akrabnya, sudah membiasakan dirinya dengan membaca dan mencintai Al-Qur’an sejak usia 4 tahun. Kebiasaan baik ini tentu tak lepas dari ketekunan kedua orang tuanya.
Putri pertama dari pasangan Murniwati dan Budianto Prakoso tahun ini baru memasuki jenjang sekolah lebih tinggi di SD Islam Saribumi Sidoarjo. Sudah satu tahun, Aisyah terdaftar sebagai salah satu santri Rumah Tahfidz binaan Daarul Qur’an, yaitu Rumah Tahfidz Baabul Jannah Sidoarjo. Uniknya, saat ini ia belum bisa membaca namun semangat menghafal Al-Qur’annya begitu tinggi bahkan sudah memiliki hafalan Al-Qur’an.
Ustadzah Lila, pengajar di Rumah Tahfidz Baabul Jannah Sidoarjo, melihat perkembangan dan semangat yang luar biasa di dalam diri Aisyah. Terlepas dari usia Aisyah yang masih sangat muda.
“Mbak aisyah ini belum bisa baca, tapi bisa hafal juz 30. Jadi kalau setoran langsung beberapa ayat lancar, kadang ya ada yang terlewat satu atau dua ayat tapi alhamdulillah karena sering diulang-ulang bisa lancar,” ungkapnya.
Aisyah, mempunyai cita-cita menjadi pengusaha shalihah yang juga penghafal Qur’an. Kebiasaan menghafal Qur’an yang biasa dilakukan bersama ayah dan ibunya ini membuatnya ingin melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren.
Seperti kebanyakan anak pertama pada umumnya, Aisyah juga menjadi harapan untuk kedua orang tuanya. Melihat semangat Aisyah yang begitu besar dalam menghafal Qur’an, kedua orang tuannya pun memberikan dukungan penuh atas keinginannya tersebut.
“Semoga Aisyah menjadi anak sholihah, dimudahkan dalam menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an,” ujar orang tua Aisyah. (**)
Comments are closed.