Satubanten.com- Gelaran acara Seba Baduy tàhun 2022, yang dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Lebak, Alun-alun Rangkasbitung, Kàbupaten Lebak, Provinsi Banten, diikuti sekitar 158 orang warga Baduy, 23 orang diantaranya adalah warga suku Baduy Dalam.
Acara berlàngsung selama tiga hari berturut-turut, dimulai dari tànggal 05,06 dan 07 Mei 2022. Dengan mengusung tema, “Ngarumat Budaya pikeun Indonesia Adi Daya” yang berarti, Melestarikan Budaya untuk Negara Adidaya Indonesia.
Seba, merupakan salàhsatu acara ritual adat budaya suku Baduy, yang dilaksanakan setahun sekali berdasarkàn perhitungan atau kalender dari suku Baduy itu sendiri, yang sebelumnya diawali dengan melakukan ritual Kawalu, atau puasa menurut adat dan tradisi suku Baduy. Seba juga bisa diartikan sebagai sowan atau kunjungan suku Baduy Dalam dan Baduy Luar, kepada Ibu gede atau Bapa gede ( sebutàn mereka untuk Bupati dan Gubernur_red), atau Pemerintah setempat.
Mereka, baik suku Baduy Luar dan Baduy Dalam, datang berbondong-bondong dengan berjalan kaki menuju Pendopo Kabupaten, dengan membawa berbagai macam hasil bumi dan pertanian untuk diserahkan kepada Ibu Gede dan Bapa Gede berdasarkan aturan Adat dan Budaya mereka, tanpa paksaan dari pihak manapun. Biasa diistilahkan pula sebagai mengantar “Upeti kepada Kerajaan”.
Prosesi pelaksanaan Seba yàng dilakukan Suku Baduy, terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1. Ngarampes
Ngarampes merupakan proses awal Seba Baduy, terutama membungkus gula merah, mengumpulkan pisang dan lainnya, di depan rumah Jaro Pamarentahan (Kepala Desa).
2. Lalampah
Lalampah (Berjalan kaki), merupakan keharusan bagi warga Baduy Dalam, sedangkan memakai kendaraan adalah tabu ; Buyut ; teu wasa (tak kuasa dilakukan/Pantangan).
3. Pembacaan Rajah
Rajah adalah Mantra dengan bahasa Sunda kuno, untuk meminta izin, restu, dan perlindungan serta keselamatan.
Isi Rajah ini dimulai dengan kata ‘Tabe’ yang artinya mohon izin atau salam. Setelah itu, disebut para roh kesucian, para leluhur, arah mata angin, dan mokro kosmos lainnya.
Kemudian, dituturkan ajaran-ajaran dan amanat-amanat leluhur tentang kelestarian alam dan lingkungan yang harus diketahui oleh Pemerintah dan masyarakat umum.
Terakhir, meminta keselamatan dan perlindungan pada Yang Maha Kuasa untuk semua yang hadir.
4. Penyerahan Laksa
Laksa terbuat dari Intisari padi, yang diolah melalui Upacara Sakral, dan dibungkus dengan Upih ‘Pelepah Pinang’.
Laksa dari Tanah suci diharapkan menambah Kesaktian (Kewibawaan) terhadap Raja (Pemimpin).
Persembahan Laksa merupakan cerminan hubungan baik antara Mandala dan Nagara. (Sbs).
Comments are closed.