Beijing, SatuBanten – Sebagai bagian dari misi antariksawan jangka panjang, Pakistan secara resmi bergabung dengan proyek Stasiun Penelitian Bulan Internasional (ILRS) yang dipimpin China. Hal itu diumumkan oleh Badan Antariksa Nasional China (CNSA) pada Jumat, 20 Oktober 2023.
Zhang Kejian, administrator CNSA, dan Moin ul Haque, duta besar Pakistan untuk China menandatangani kerja sama di ILRS antara CNSA dan Komisi Penelitian Luar Angkasa dan Atmosfer Atas Pakistan (SUPARCO) pada 18 Oktober 2023. Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang dan perdana menteri sementara Pakistan, Anwaar ul Haq Kakar.
Perjanjian itu akan membuat CNSA dan SUPARCO melakukan kerja sama yang luas dalam demonstrasi, implementasi, pengoperasian, dan penerapan ILRS. Begitu juga dengan pelatihan dan bidang lainnya yang berkaitan dengan membangun koloni di bulan.
Kisah kemesraan perjanjian luar angkasa antara Pakistan dan China berawal pada bulan September 1961, Fisikawan Pakistan Abdul Salam mendirikan Komisi Penelitian Luar Angkasa dan Atmosfer Atas (SUPARCO) di Karachi, delapan tahun sebelum India meresmikan badan antariksanya sendiri, Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO). Ketenaran Salam yang semakin meningkat di dunia ilmiah memberinya penghargaan. Ia dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1979, yang menjadi mercusuar untuk menarik talenta muda ke organisasi luar angkasa Pakistan.
Proyek ILRS yang dikerjasamakan dengan China akan dimulai dengan membangun pangkalan permanen di bulan pada tahun 2030-an. Misi penjajakan terus dilakukan sejak tahun 2020-an. Inisiatif ini dipandang sebagai proyek yang berpotensi menjadi pesaing Program Artemis yang sedang dipimpin AS melalui NASA.
Negara tarakhir yang bergabung dengan China sebelum Pakistan adalah Azerbaijan. Negara itu menandatangani kesepakatan pada 8 Oktober 2023. Hingga saat ini, proyek ILRS sudah beranggotakan 10 negara dan lembaga.
CNSA dan SUPARCO juga menandatangani Nota Kesepahaman mengenai kerja sama di bidang sampah luar angkasa dan pengelolaan lalu lintas luar angkasa. Pakistan juga akan terlibat dalam misi pengembalian sampel bulan Chang’e-6, yang akan diluncurkan pada pertengahan 2024. Saat ini, mereka sedang mengerjakan cubesat ICUBE-Q untuk misi tersebut bekerja sama dengan Universitas Shanghai Jiaotong.
Pakistan memiliki beberapa satelit di orbit, termasuk Pakistan Remote Sensing Satellite-1 (PRSS-1) yang dibuat dan diluncurkan oleh China pada tahun 2018. PakTES-1A eksperimental buatan SUPARCO juga ikut dalam penerbangan Long March 2C. CNSA dan SUPARCO sebelumnya juga dilaporkan sedang berupaya menandatangani perjanjian kerangka kerja sama penerbangan luar angkasa manusia.
Rusia, Venezuela, dan Afrika Selatan adalah negara penandatangan proyek ILRS lainnya yang dikenal di tingkat nasional atau badan antariksa. Organisasi Kerja Sama Luar Angkasa Asia-Pasifik (APSCO), perusahaan Swiss nanoSPACE AG, Asosiasi Observatorium Bulan Internasional (ILOA) yang berbasis di Hawaii, dan Institut Penelitian Astronomi Nasional Thailand (NARIT) juga telah menandatangani kerja sama itu.
Proyek ini berjalan cepat sejak China dan Rusia mempresentasikan peta jalan bersama untuk ILRS di St Petersburg pada Juni 2021. Namun Beijing tampaknya telah mengambil peran sebagai pemimpin proyek tersebut sejak Rusia berperang dengan Ukraina.
Seorang pejabat China di Kongres Astronautika Internasional (IAC) ke-74 di Baku, Azerbaijan, awal bulan ini mempresentasikan slide misi ILRS yang hanya menunjukkan roket Long March 9 yang terlibat dalam peluncuran infrastruktur. Slide baru itu menghilangkan kendaraan peluncuran super berat Rusia yang ditampilkan dalam peta jalan 2021. (***)
Comments are closed.