Serang, Satubanten – Kertas lakmus mungkin sudah tidak asing bagi kita. Kertas berwarna merah atau biru tersebut merupakan kertas yang digunakan untuk menguji keasaman suatu larutan. Jika kertas lakmus merah dan biru dicelupkan ke dalam larutan asam, maka kertas tersebut akan berwarna biru. Sebaliknya, jika kertas lakmus tersebut dicelupkan ke dalam larutan yang bersifat basa maka kertas tersebut akan berwarna merah. Dengan kata lain, kertas lakmus merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat suatu larutan, apakah larutan tersebut asam atau basa.
Namun, tahukah kita bahwa sebenarnya kita bisa membuat indikator sejenis kertas lakmus dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kita loh? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kelompok mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) yang sedang melaksanakan Program Pengenalan Lingkungan Persekolahan (PLP) di SMA Negeri 6 Kota Serang mengajak para siswa untuk melakukan percobaan tentang hal itu. Bersama Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dan Laboratorium SMA Negeri 6 Kota Serang, para mahasiwa menyelenggarakan praktikum pembuatan indikator asam basa dari bahan alam.
Kegiatan yang diselenggarakan pada Jumat (13/10) lalu, berhasil membuat indikator asam basa sejenis kertas lakmus dari bahan-bahan alami. Bahan-bahan yang digunakan adalah bagian-bagian tanaman yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar seperti bunga sepatu, bunga kencana ungu, bunga kertas, kunyit dan bayam merah.
Sebelum dibuat dalam bentuk kertas lakmus, bahan-bahan tersebut diuji terlebih dahulu terhadap beberapa zat cair seperti aquades atau air murni (netral), larutan cuka (asam), dan larutan soda kue (basa). Zat cair lain yang diuji adalah air sabun, air kopi, dan minumat berkarbonasi.
“Bahan yang digunakan harus mengalami perubahan warna yang jelas ketika terkena perubahan pH. Contohnya kunyit saat suasana asam warnanya mungkin tidak berubah, masih kuning, tapi dalam suasana basa berubah jadi merah-oranye. Kalo pakai bunga biasanya pakai bunga yang berwarna ungu atau merah,” tutur Vinka, salah seorang mahasiswa yang menjadi penyelenggara.
Para peserta yakni siswa sangat antusias dalam kegiatan tersebut. Mereka mengikuti arahan mahasiswa yang menjadi fasilitator hingga berhasil membuat kertas indikator asam basa. Kegiatan ini sendiri dihadiri langsung oleh Dr. Solfarina selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Untirta sekaligus Dosen Pembimbing Lapangan PLP, Sonny Rohimat selaku Kepala Laboratorium SMAN 6 Kota Serang sekaligus Guru Pamong PLP, dan Nadya Hapsari yang merupakan guru kimia sekaligus pelatih KIR SMAN 6 Kota Serang.
“Seru banget! Bunga kira warna hijau adalah warna netral ternyata tidak. Kakak-kakak mahasiswa membantu Bunga dan teman-teman untuk belajar hal baru,” Ungkap Bunga Suci Lestari, salah seorang peserta yang merupakan siswa kelas X.
Comments are closed.