Problem Based Learning (PBL) Dan Penguatan Pendidikan Karakter

269

 

Oleh: Ika Kurniati (Guru SMPN 2 Kaduhejo) Mahasiswa Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Satubanten.com- Perubahan Kurikulum menjadi sebuah kebaruan yang wajar seiring dengan perubahan jaman. Seorang guru, praktis harus mengkhatamkan semua model pembelajaran. Agar kegiatan belajar mengajar berlangsung optimal, seorang pendidik harus mampu memilah dan memilih model pembelajaran yang tepat agar efektifitas dan tujuan pembelajaran tercapai dan tidak membosankan.

Di sisi lain, Penguatan Pendidikan Karakter juga menjadi hal yang sangat penting di tengah perubahan jaman yang serba cepat dan tak terduga ini. Seperti kita ketahui bahwa proses globalisasi secara terus-menerus akan berdampak pada perubahan karakter masyarakat Indonesia. Kurangnya pendidikan karakter akan menimbulkan krisis moral yang berakibat pada perilaku negatif di masyarakat, misalnya pergaulan bebas, penyalahgunaan obat-obat terlarang, pencurian, kekerasan terhadap anak, dan lain sebagainya

Kurikulum merdeka yang sedang dicanangkan oleh pemerintah pusat dan secara bertahap harus diterapkan oleh para praktisi pendidikan di daerah-daerah. Secara otomatis menjadi hal yang menantang bagi para guru sebagai praktisi pendidikan yang merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di Indonesia. Sejalan dengan pernyataan di atas, metode pembelajaran yang dirasa luwes dan banyak fakta bahwa metode pembelajaran ini menjadi solusi untuk diterapkan dalam beragam mata pelajaran di sekolah, yaitu Problem Based Learning(PBL).  Penulis berusaha mengkonkritkan penjelasan metode tersebut dengan merangkum dari beragam sumber.

Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan utama yang akan dicapai, begitu juga dengan problem based learning. Untuk tujuan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
  2. Melatih peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis.
  3. Membantu peserta didik dalam memahami peran orang dewasa di kehidupan nyata.
  4. Mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

Ada 6 langkah yang perlu kita lakukan untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, di antaranya:

  1. Menyampaikan tujuan dan mengenalkan masalah.
  2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, baik dalam kelompok atau individu.
  3. Memfasilitasi kegiatan siswa dalam mengidentifikasi masalah dan menyusun berbagai rencana penyelesaiannya.
  4. Melakukan pendampingan terhadap siswa untuk mengumpulkan informasi dan juga data yang berhubungan dengan rencana.
  5. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyajikan hasil pembelajarannya.
  6. Mengarahkan siswa untuk memeriksa dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang sudah dilakukan.

Berikut ini kelebihan problem based learning.

  1. Peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
  2. Bisa memicu peningkatan aktivitas peserta didik di kelas.
  3. Peserta didik terbiasa untuk belajar dari sumber yang relevan.
  4. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan efektif karena peserta didiknya dituntut untuk aktif.

Berikut ini kekurangan problem based learning.

  1. Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan model ini.
  2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi pembelajaran lebih lama.
  3. Bagi peserta didik yang belum terbiasa menganalisis suatu permasalahan, biasanya enggan untuk mengerjakannya.
  4. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terlalu banyak, guru akan kesulitan untuk mengondisikan penugasan.

PPK (Penerapan Pendidikan Karakter) adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Adapun beberapa fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut;

  1. Untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik.
  2. Untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur.
  3. Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam hubungan internasional.

Character education seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan, serta memanfaatkan berbagai media belajar.

Tujuan Pendidikan Karakter.

Pada dasarnya tujuan utama pendidikan karakter adalah untuk membangun bangsa yang tangguh, dimana masyarakatnya berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, dan bergotong-royong. Untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalam diri peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila, dan Budaya. Berikut adalah nilai-nilai pembentuk karakter tersebut :

Kejujuran

Sikap toleransi

Disiplin

Kerja keras

Kreatif

Kemandirian

Sikap demokratis

Rasa ingin tahu

Semangat kebangsaan

Cinta tanah air

Menghargai prestasi

Sikap bersahabat

Cinta damai

Gemar membaca

Perduli terhadap lingkungan

Perduli sosial

Rasa tanggungjawab

Religius

Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan mengapa character education harus diberikan kepada warga negara sejak dini, yaitu;

  1. Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya.
  2. Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik.
  3. Sebagian anak tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain.
  4. Dapat membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat hidup di dalam masyarakat yang majemuk.
  5. Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain.
  6. Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk ke dunia kerja/ usaha.
  7. Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban.

Dari penjelasan tersebut kita menyadari bahwa pendidikan karakter sangat penting bagi setiap orang. Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang tua, sudah seharusnya senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada anak didiknya. (Sbs)

Comments are closed.