Pandeglang, Satubanten – Ada satu dasar argumentasi mengapa kita selalu menyambut baik lahirnya sebuah buku. Sebuah buku adalah sebuah tetirah.
Sebuah fase yang menandai dan merekam sepenggal perjalanan anak manusia. Disitulah potret perjalanan akan digambarkan melalui perspektif dan sudut pandang yang disajikan.
Sebuah buku adalah sebuah gagasan, dan peran gagasan akan mewarnai kemajuan sebuah bangsa.
Buku-buku karya Eko Supriatno mengambil beragam perspektif dan sudut pandang perjalanan mobilitas vertical kemanusiaan yang melintasi zaman. Tentu di dalamnya memuat banyak hal tema dan sudut pandang yang dipotret. Misalnya tentang: Dari Banten, melihat Indonesia, Fir’aun Zaman Now, Gus Muhaimin Gasspolll (Penggerak Kaum Sarungan Menuju Istana), Islam Simpul Cinta Bagi Semesta, Inklusivisme Mathla’ul Anwar, Sekolah Kandang Kambing, Nalar Kewarganegaraan, Kampung Hijau, Menulis Merdeka, UNMA Menatap Perubahan, Membumikan Kampus Hijau, dan Membangun Kebebasan untuk Maju.
Buku-buku Eko Supriatno, sesungguhnya merupakan kumpulan tulisan diberbagai media massa.
Ada kelebihan dan kelemahan model buku-buku semacam ini. Plus minus tentu ada layaknya sebuah gagasan. Kelebihannya, pembaca agak disodorkan beragam tema sehingga agak banyak ide dan wacana yang disajikan.
Pembaca dapat membaca satu tema dalam satu sruputan kopi. Banyak gagasan yang bisa membuka banyak perspektif dan cakrawala meski tidak mendalam. Dengan itu pula sidang pembaca mampu terbuka cara pandangnya dalam melihat persoalan-persoalan yang ada di dalamnya.
Kekurangannya, seperti disebut di depan, tema-tema yang beragam seperti ini sudah barang tentu punya konsekuensi terkait kedalaman kajian. Gagasan yang diusung mungkin tidak terlalu dalam. Tetapi itu mampu ditutupi dengan keragaman tema yang dalam banyak mungkin pembacan tidak membutuhkan kedaalam sebuah tema tertentu.
Sekali lagi, kita patut mengapresiasi dan menyambut baik terbitnya buku-buku Eko Supriatno yang di dalamnya cukup menggambarkan bagaimana kiprah dan perjalanan kemanusiaan di tengah berbagai tantangan. Perekaman gagasan dalam sebuah buku menjadi penting karena dengan itulah generasi berikutnya bisa banyak belajar pengalaman untuk kemudia mengambil ibrah.
Ada semangat dan konsistensi Eko Supriatno dalam merawat dunia literasi dan juga menjaga budaya akademisnya.
Langkah yang patut diteladani oleh kita semua. Pasalnya tidak banyak orang yang punya komitmen dan konsisten menulis tanpa henti.
Buku-buku ini adalah bukti dan legacy Eko Supriatno untuk keabadiannya.
Comments are closed.